Apabila Islam merupakan kelompok agama seperti kelempok agama lainnya, sedangkan kaum muslimin adalah umat (komunitas) seperti umat-umat lainnya didunia, maka tentu saja jihad Islam kehelangan semua keistimewaan dan cirikhas; jihad dalam Islam termasuk tingkatan ibadah paling tertinggi, dan ibarat mutiara pada mahkota. Pada hakikatnya, Islam bukanlah suatu kelompok agama seperti agama lain yang populer; sedangkan kaum muslimin tidaklah sama denagn umat-umat lain yang ada didunia. Melainkan, sejatinya Islam merupakan pemikiran (fikrah) dan manhaj yang revolusioner, yang hendak meruntuhkan tatanan sosial dunia secara total, dan merubahnya dengan tatanan baru yang terdiri dari berbagai perinsip pokok lalu menegakkannya di atas gagasan dan rencaba perektis.
Dari sini dipahami bahwa kata ‘’muslim’’ merupakan identitas bagi kelompok revolusioner yang mendunia. Kelompok ini dilahirkan, dan di atur posisinya, oleh Islam agar bisa menjadi insterumen untuk menuntaskan agenda refulusi yang di tuju dan dibidik oleh Islam. Sementara itu, jihad merupakan ungkapan atas perjuangan yang revolusioner dari harakah militan yang berkesinambungan, yang di tegakan dalam rangka meraih tujuan dan mengapai cita-cita. Islam menghindari pengunaan istilah-istilah populer dalam menyebarkan dakwahnya dan menjelaskan rancangannya yang peraktis; ini tentunya berbeda dengan berbagai misi intelektual dan manhaj revolusioner lainnya. Malahan, dalam hal ini Islam telah memberikan konteribusi secara bahasa berupa istilah khusus; dengan istilah ini, diharapkan tidak ada ambigius antara dakwah Islam berikut berbagai pemikiran dan konsepsi yang umum dan populer di sisi lain. Termasuk juga kata ‘’jihad’’ salah satu istilah yang di munculkan Islam untuk menjalankan misinya dan memaparkan dakwahnya secara detail. Lihat saja, Islam berusaha keras menghindari pengunaan kata harb (perang ofensif) dan kata-kata lain berbahasa Arab, yang identik dengan makna qital (perang, war). Islam lebih suka mengunakan kata jihad yang bermakna badzlul-juhdi was-sa’yi (mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan) ; dalam bahasa Inggeris, kata yang sepadan dengan makna ini adalah kata struggle (perjuangan). Di samping itu, kata jihad lebih impresif dan lebih luas cakupannya. Lantas, apakah alasan yang menyebabkan Islam lebih memilih istilah baru ini dan menghindari istilah lama yang sudah populer ?…
jawabnya adalah, karna kata ‘’harb’’ (perenag ofensif) selama ini diindentikan dengan perang (qital) yang apinya dipantikan dan dikobarkan diantara para perajurit, pasukan dan bangsa demi ambisi-ambisi peribadi dan berbagai kepentingan individual. Tujuan-tujuan utama yang dibidik oleh perang semacam ini tidak lebih dari sekedar kepentingan-kepentingan peribadi ataupun golongan, serta tidak ada nuansa intelektual ataupun trabsformasi pandangan hidup. Mungkin saja, perang yang dilegalkan dalam islam tidak tidak identik dengan perang-perang pada umumnya, sehingga Islam, mau tidak mau, mengabaikan kata ‘’harb’’ sama sekali. Demikian ini karna Islam tidak mengutamakan kepentingan suatu golongan di atas golongan lain, dan tidak bermaksud memajukan suatu bangsa di atas bangsa yang lain. Begitu pula, dalam berbagai kesempatan, Islam tidak membenarkan suatu negara atau kerajaan mencaplok suatu negeri dan memasukan negeri itu kedalam wilayahnya. Islam hanya berkepentingan pada terciptanay kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Dalam hal ini, Islam mepunyai gagasan cermelang dan rencana peraktis yang menjadi alternatif bagi terciptanya ketenteraman masyarakan dan keberhasilannya mencapai taraf-taraf kesejahteraan. Setiap pemerintah yang mendukung suatu gagasan diluar gagasan ini, dan suatu rencana diluar rencana ini, niscaya akan ditentang dan dihadapi oleh Islam sampai titik penghabisan.
Dalam situasi ini, Islam sedikitpun tidak menghiraukan setatus negara yang ditopang oleh pemerintahan yang tidak benar ataupun setatus komunitas yang dikendalikan oleh para tokohnya. Karna, tujuan utama Islam adlah ‘’mengibarkan’’ gagasan dan membumikan manhaj, meluruskan pemerintahan-pemerintahan yang ada, serta mengokohkan fondasi-fondasi pemerintahan berdasarkan gagasan dan manhaj; tidak peduli, siapa saja harus mengemban panji kebenaran dan keadilan, dan siapa saja harus menurunkan panji kezaliman dan kejahatan. Islam menghendaki bumi secara keseluruhan, dan tidak akan meresa puas dengan sejengkal tanah saja. Islam menghendaki dan mengiginkan kemakmuran bumi secara menyeluruh. Islam tidaklah mengiginkan bumi untuk dikuasai dan diekploitasi sumber-sumber kekayaan alamnya, setelah sekian lama bumi diekploitasi oleh banyak kelompok manusia. Akan tetapi, yang dikehendaki Islam di atas bumi adalah agar seluruh umat manusia bisa menikmatinya dengan gagasan kesejahteraan manusia dan rencana yang peraktis.
Dengan kedua hal inilah ALLOH memuliakan Islam dan mengunggulkannya diatas berbagai agama dan syariat yang lain. Dalam rangka merealisasikan cita-cita yang mulia itu,Islam akan mengunakan segenap kekuatan dan segala cara yang mendukung terciptanya revolusi total yang universal, serta mengerahkan segenap kemampuan untuk meraih cita-citanya yang luhur. Upaya perjuangan yang berkesinambumngan, pengerahan optimal segenap kekuatan dan penggunaan berbagai cara yang memungkinkan, sinergi dari ketiganya inilah yang dinamakan ‘’jihad’’. Jadi, jihad adalah ungkapan yang padat makna, yang meliputi segala macam upaya dan pengarahan kemampuan. Apabila kita semua memahami yang demikian itu, tentu kita tidak akan terkejut jika dikatakan bahwa, upaya mengubah arah pandangan manusia, trensformasi kecenderungan dan kepentingan manusia, serta berbagai peristiwa revolusi dalam hal mentalitas dan pemiikiran, dengan media ketajaman tulisan, merupakan salah satu bentuk jihad. Meruntuhkan rezim lama yang lalim,dengan ketajaman pedang dan kekokohan rezim baru diatas perinsip-perinsip keadialn dan ketidak berpihakan, juga merupakan bagian dari jihad. Begitupula menyumbangkan sejumlah dana besar, sebesar menghadapi kesuliatan dan berani menaggung penderitaan, semua itu termasuk dalam cakupan pembahasan jihad.
والله أعلم
baca selengkapnya di
Sini
